Niatlah atas nama Allah

Suatu Kebaikan menjadi bernilai bila dilakukan dengan ikhlas, dan akan menjadi celaka bila dilakukan dengan pamrih, Fastabiqul Khoirot - Berlomba-lombalah dalam kebaikan dengan niat karena Allah

Thursday, October 30, 2014

ASYIKNYA BERGHIBAH SAMBIL MENUNGGU AZAB


Anda pasti pernah mendengar pepatah ini;  bahwa orang-orang besar senang berbicara tentang ide-ide, sementara orang biasa-biasa suka berbicara tentang diri mereka sendiri dan orang-orang kecil suka berbicara tentang orang lain. Itulah gosip. Gosip membuat orang menjadi kecil. Tidak ada sesuatu yang bisa ditawarkan  dalam gosip. Gosip hanya mengurangi kredibilitas orang membicarakan dan yang dibicarakan serta bisa menghancurkan orang yang mendengarkan.

Berhenti menyebarkan gosip dan menjadi penerima gosip. Jika Anda menghentikan gosip yang diteruskan hanya sampai pada Anda, Anda akan memperbaiki kehidupan orang lain dan diri Anda lebih baik lagi. Lagipula, orang yang menceritakan gosip pada kita, biasanya akan menggosipkan kita juga. Orang yang memiliki integritas tidak suka mengumbar omongan tentang orang lain di belakangnya. Jika memiliki masalah dengan seseorang, ia lebih baik mendatangi orang tersebut dan membicarakan masalahnya, tidak pernah melalui orang ketiga. Mereka juga akan memuji orang secara terbuka dan mengkritik orang secara pribadi. Jika Anda adalah orang besar, berhentilah membicarakan orang lain dan mari membicarakan ide-ide besar yang bisa mengubah dunia! :-)
Berghibahlah, bila engkau merindukan jalan pintas menuju neraka, membuka pintu-pintu siksa yang pedih, dan menarilah di atas penderitaan orang lain. Juga, tertawalah di atas derai air matanya. Jadilah binatang buas yang melahap bangkai-bangkai manusia.

Pan Fage Islami yang isinya bukan dakwah tetapi ghibah

Tahukah kalian, ghibah itu lebih hina dari perzinaan atau pelacuran. Imam Ghazali dan Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah sekali-kali kamu melakukan pergunjingan, karena pergunjingan itu lebih berat dari perzinaan. Karena, jika seseorang yang berzina kemudian bertobat maka Allah mengampuninya. Sedangkan penggunjing tidak akan diampuni Allah, sebelum orang yang digunjingkan itu memaafkannya.” 

Alangkah beratnya siksa yang ditanggung oleh tukang gunjing (mughtaab), si tukang penyebar ghibah. Betapapun dia bertobat kepada Allah, pintu pengampunan tidak akan terbuka, kecuali dia berlari dan bersungguh-sungguh meminta maaf kepada orang yang digunjingkannya itu.

Termasuk ghibah yaitu seseorang meniru-niru orang lain, misalnya berjalan dengan pura-pura pincang atau pura-pura bungkuk atau berbicara dengan pura-pura sumbing, atau yang selainnya dengan maksud meniru-niru keadaan seseorang, yang hal ini berarti merendahkan dia. Atau dengan menguliti segala sesuatu keburukan yang ada pada orang tersebut, terlebih seluruh keluarganya dighibah. Bahkan dengan memberi sebutan si Kurus, muka kodok, plonga plongo, sudah merupakan Ghibah. Sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits :

قَالَتْ : وَحَكَيْتُ لَهُ إِنْسَانًا فَقَالَ : مَا أُحِبُّ أَنِّيْ حَكَيْتُ إِنْسَانًا وَ إِنَّ لِيْ كَذَا

‘Aisyah berkata : “Aku meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang seseorang pada Nabi A”. Maka Nabi A pun berkata :”Saya tidak suka meniru-niru (kekurangan/cacat) seseorang (walaupun) saya mendapatkan sekian-sekian”


Pan Fage Kader PKS, Jonru, menggiring opini untuk menghina,
mengghibah, bahkan Quraisy Shihab pernah di lecehkan
olehnya.

Bagaimana jika yang dighibahi adalah orang kafir ?
Berkata As-Shon’ani : “Dan perkataan Rosulullah A (dalam hadits Abu Huroiroh di atas) أَخَاكَ (saudaramu) yaitu saudara seagama merupakan dalil bahwasanya selain mukmin boleh mengghibahinya”. Berkata Ibnul Mundzir :”Dalam hadits ini ada dalil bahwasanya barang siapa yang bukan saudara (se-Islam) seperti yahudi, nasrani, dan seluruh pemeluk agama-agama (yang lain), dan (juga) orang yang kebid’ahannya telah mengeluarkannya dari Islam, maka tidak ada (tidak mengapa) ghibah terhadapnya”


Nabi shallallhu’alaihi wasallam menjelaskan makna ghibah dengan menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci, baik tentang fisiknya maupun sifat-sifatnya. Maka setiap kalimat yang engkau ucapkan sementara saudaramu membenci jika tahu engkau mengatakan demikian maka itulah ghibah. Baik dia orang tua maupun anak muda, akan tetapi kadar dosa yang ditanggung tiap orang berbeda-beda sesuai dengan apa yang dia ucapkan meskipun pada kenyataannya sifat tersebut ada pada dirinya.
Adapun jika sesuatu yang engkau sebutkan ternyata tidak ada pada diri saudaramu berarti engkau telah melakukan dua kejelekan sekaligus: ghibah dan buhtan (dusta).
Nawawiy rahimahullah mengatakan, “Ghibah berarti seseorang menyebut-nyebut sesuatu yang dibenci saudaranya baik tentang tubuhnya, agamanya, duniannya, jiwanya, akhlaknya, hartanya, anak-anaknya, istri-istrinya, pembantunya, gerakannya, mimik bicarnya atau kemuraman wajahnya dan yang lainnya yang bersifat mengejek baik dengan ucapan maupun isyarat.”
Beliau rahimahullah melanjutkan, “Termasuk ghibah adalah ucapan sindiran terhadap perkataan para penulis (kitab) contohnya kalimat: ‘Barangsiapa yang mengaku berilmu’ atau ucapan ‘sebagian orang yang mengaku telah melakukan kebaikan’. Contoh yang lain adalah perkataan berikut yang mereka lontarkan sebagai sindiran, “Semoga Allah mengampuni kami”, “Semoga Allah menerima taubat kami”, “Kita memohon kepada Allah keselamatan”. Perkataan itu sebenarnya ditujukan untuk perlawanan katanya.
Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam ذِكْرك أَخَاك (engkau menyebut-nyebut saudaramu) ini merupakan dalil bahwa larangan ghibah hanya berlaku bagi sesama saudara (muslim) tidak ada ghibah yang haram untuk orang yahudi, nashrani dan semua agama yang menyimpang, demikian juga orang yang dikeluarkan dari islam (murtad) karena bid’ah yang ia perbuat.”
Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Para ulama telah sepakat bahwasanya ghibah termasuk dosa besar. Mereka berdalil dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالكُمْ وَأَعْرَاضكُمْ حَرَام عَلَيْكُم
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian adalah haram atas (sesama) kalian”.( HR Muslim 3179, Syarh Nawai ‘ala Muslim)
Tidakkah kita takut pada siksa Allah? Bagaimana bila orang yang digunjingkan itu telah meninggal dunia? Kepada siapakah engkau akan memohonkan maaf. Padahal, kunci surga hanya terbuka bila ada pema'afan darinya. 

Imam Gazali meriwayatkan penggalan nasihat Allah kepada Nabiyulah Musa AS. “Barang siapa yang mati dalam keadaan bertobat dari gunjingan, maka ia adalah orang terakhir yang memasuki surga. Dan barang siapa yang mati dalam keadaan bergunjing, maka ia adalah orang pertama yang memasuki neraka.” (Mukhtasar Ihya Ulumudin,1990: 241).

Pan Fage PKSPiyungan, yang rata-rata moslem, ghibah
sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Saat ini, ghibah telah menjadi komoditas dan tontonan yang mampu mengangkat jumlah Pan Fage, Liker, Follower, Politik dan rating tayangan televisi. Acara gosip yang dipandu para presenter cantik dengan pakaian setengah telanjang, menjadi primadona pengelola televisi.
Kehidupan rumah tangga orang yang sangat pribadi pun dibongkar. Dan, kita pun merasa asyik menonton gosip tersebut, bahkan turut melakukan estafet gosip ke tetangga sebelah. Maka, berantailah penyebaran gosip.

Dalam dunia politik, ghibah merupakan senjata yang paling ampuh untuk mehancurkan harga diri dari reputasi lawan politiknya yang secara populer dikenal dengan istilah character assasination (pembunuhan karakter).

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat 12)

Betapa besarnya dosa dan konsekuensi moral yang disebabkan oleh ulah lidah, menggosip dan mencela atau mencaci maki orang lain. Inilah ajaran moral kemanusiaan paling fundamental yang menghiasi akhlak seorang Muslim. Betapapun rajin kita beribadah, di hadapan Allah ibadahnya tidak memiliki manfaat sama sekali, selama lidah kita menggosip dan menyakiti orang lain.

Sahabat Muadz bin Jabbal RA pernah bertanya pada Rasulullah SAW. “Apakah kita akan diminta pertanggungjawaban karena apa yang kita ucapkan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Hai Ibnu Jabbal, tidaklah manusia-manusia itu akan ditelungkupkan dengan hidungnya terlebih dahulu di neraka, melainkan karena apa yang dilakukan oleh lidahnya.” (HR Hakim). 


Hukum mendengarkan ghibah
Berkata Imam Nawawi dalam Al-Adzkar :”Ketahuilah bahwasanya ghibah itu sebagaimana diharamkan bagi orang yang menggibahi, diharamkan juga bagi orang yang mendengarkannya dan menyetujuinya. Maka wajib bagi siapa saja yang mendengar seseorang mulai menggibahi (saudaranya yang lain) untuk melarang orang itu kalau dia tidak takut kepada mudhorot yang jelas. Dan jika dia takut kepada orang itu, maka wajib baginya untuk mengingkari dengan hatinya dan meninggalkan majelis tempat ghibah tersebut jika memungkinkan hal itu.
Jika dia mampu untuk mengingkari dengan lisannya atau dengan memotong pembicaraan ghibah tadi dengan pembicaraan yang lain, maka wajib bagi dia untuk melakukannya. Jika dia tidak melakukannya berarti dia telah bermaksiat.
Jika dia berkata dengan lisannya :”Diamlah”, namun hatinya ingin pembicaraan gibah tersebut dilanjutkan, maka hal itu adalah kemunafikan yang tidak bisa membebaskan dia dari dosa. Dia harus membenci gibah tersebut dengan hatinya (agar bisa bebas dari dosa-).
Jika dia terpaksa di majelis yang ada ghibahnya dan dia tidak mampu untuk mengingkari ghibah itu, atau dia telah mengingkari namun tidak diterima, serta dia tidak memungkinkan baginya untuk meninggalkan majelis tersebut, maka harom baginya untuk istima’(mendengarkan) dan isgo’ (mendengarkan dengan saksama) pembicaraan ghibah itu. Yang dia lakukan adalah hendaklah dia berdzikir kepada Allah dengan lisannya dan hatinya, atau dengan hatinya, atau dia memikirkan perkara yang lain, agar dia bisa melepaskan diri dari mendengarkan gibah itu. Setelah itu maka tidak mengapa baginya untuk mendengar ghibah (yaitu sekedar mendengar namun tidak memperhatikan dan tidak faham dengan apa yang didengar), tanpa mendengarkan dengan baik ghibah itu jika memang keadaannya seperti ini (karena terpaksa tidak bisa meninggalkan majelis gibah itu). Namun jika (beberapa waktu) kemudian memungkinkan dia untuk meninggalkan majelis dan mereka masih terus melanjutkan ghibah, maka wajib baginya untuk meninggalkan majelis” .

Adakah Ghibah yang Diperbolehkan?
Nawawi rahimahullah setelah menjelaskan makna ghibah beliau berkata, “Akan tetapi ghibah itu diperbolehkan oleh syar’iat pada enam perkara:

  • Kedzoliman, diperbolehkan bagi orang yang terdzolimi menngadukan kedzoliman kepada penguasa atau hakim yang berkuasa yang memiliki kekuatan untuk mengadili perbuatan tersebut. Sehingga diperbolehkan mengatakan,”Si Fulan telah mendzalimi diriku”atau “Dia telah berbuat demikian kepadaku.”
  • Meminta bantun untuk menghilangkan kemungkaran dan mengembalikan pelaku maksiat kepada kebenaran. Maka seseorang diperbolehkan mengatakan, “Fulan telah berbuat demikian maka cegahlah dia!”
  • Meminta fatwa kepada mufti (pemberi fatwa,pen) dengan mengatakan:”Si Fulan telah mendzolimi diriku atau bapakku telah mendzalimi diriku atau saudaraku atau suamiku, apa yang pantas ia peroleh? Dan apa yang harus saya perbuat agar terbebas darinya dan mampu mencegah perbuatan buruknya kepadaku?”
  • Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan, contohnya memperingatkan kaum muslimin dari perowi-perowi cacat supaya tidak diambil hadits ataupun persaksian darinya, memperingatkan dari para penulis buku (yang penuh syubhat). Menyebutkan kejelekan mereka diperbolehkan secara ijma’ bahkan terkadang hukumnya menjadi wajib demi menjaga kemurnian syari’at.
  • Ghibah terhadap orang yang melakukan kefasikan atau bid’ah secara terang-terangnan seperti menggunjing orang yang suka minum minuman keras, melakukan perdagangan manusia, menarik pajak dan perbuatan maksiat lainnya. Diperbolehkan menyebutkannya dalam rangka menghindarkan masyarakat dari kejelekannya.
  • Menyebut identitas seseorang yaitu ketika seseorang telah kondang dengan gelar tersebut. Seperti si buta, si pincang, si buta lagi pendek, si buta sebelah, si buntung maka diperbolehkan menyebutkan nama-nama tersebut sebagai identitas diri seseorang. Hukumnya haram jika digunakan untuk mencela dan menyebut kekurangan orang lain. Namun lebih baik jika tetap menggunakan kata yang baik sebagai panggilan, Allahu A’lam. (Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Hal.400).
  • Atau ungkapan semisalnya. Hal ini diperbolehkan karena ada kebutuhan. Dan yang lebih baik hendaknya pertanyaan tersebut diungkapkan dengan ungkapan global, contohnya: “Seseorang telah berbuat demikian kepadaku” atau “Seorang suami telah berbuat dzalim kepaada istrinya” atau “Seorang anak telah berbuat demikian” dan sebagainya.

Meskipun demkian menyebut nama person tertentu diperbolehkan, sebagaimana hadits Hindun ketika beliau mengadukan (suaminya) kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, “Sesungguhnya Abu Sufyan adalah orang yang sangat pelit.”

Janganlah membuat dalil, bahwa memfitnah, mengghibah diperbolehkan dalam Islam, meski dibungkus dengan ayat-ayat sekalipun, bahkan dengan alasan kritik dan penyeimbang. Ingat Azab yang menimpamu dunia akhirat.
Na'udzubillah min dzalik.

    Semoga Allah melindungi dan memelihara kita dari berghibah.

    Wednesday, October 29, 2014

    MENGENAL RUKUN ISLAM KE DUA (DALAM HADIST DAN SUNNAH - I)

    Hadist tentang Shalat
    • Pentingnya sholat, sampai-sampai Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa mendengar panggilan sholat (adzan) lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada sholat baginya kecuali karena udzur.” (HR.Ibun Majah, 793. Al-Albani berkata “shahih”)
    • Salah satu keutamaan sholat lima waktu, Nabi SAW bersabda, “Sholat lima waktu itu menjadi penebus dosa yang terjadi diantaranya (waktu sholat ke sholat selanjutnya), selama meninggalkan dosa besar.” (HR. Muslim)
    • Rasulullah SAW bersabda, “Bila seorang dari kalian selesai shalat di masjid, hendaknya ia memberi bagian shalat sunnahnya di rumahnya, sebab Allah menjadikan kebaikan dari shalatnya di rumahnya.”(HR.Muslim,778)
    • Rasulullah SAW bersabda, “Shalatlah wahai manusia di rumah-rumah kalian, karena shalat seseorang yang paling afdhal itu dikerjakan di rumahnya, kesuali shlat fardhu (wajib).” (HR. An-Nasaai,III/198)
    • Rasulullah SAW bersabda,”Sungguh diberi kabar gembira orang-orang yang berjalan di kegelapan malam ke masjid dengan cahaya yang sempurna di hari kiamatt.”(HR. Ibnu Majah,780)
    • Dari Utsman bin Affa RA berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa membangun masjid yang dengannya ia mengharapkan wajahAllah, niscaya Allah bangunkan untuknya sebuah rumah di surga.”(HR.Bukhari,450)
    • Rasulullah SAW bersabda, “…Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikatNya bershalawat atas orang-orang yang menyambung shaf dan barangsiapa menutup celah, maka dengannya Allah mengangkat dejatnya. Dan tidaklah ada langkah kaki yang lebih dicintai Allah daripada langkah kaki yang digunakan menyambung shaf.”(HR. Ahmad,IV/285)
    • Rasulullah SAW bersabda,”Seandainya manusia mengetahui (keutamaan) adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak menemukan cara mendapatkannya selain dengan berundi, niscaya mereka mau melakukannya.”(HR.Bukhari,615)
    • Rasulullah SAW bersabda,”Shalat yang paling berat atas oranng munafik adalah shalat ‘Isyai dan Shubuh. Seandainya mereka mengetahui (keutamaan) yang ada pada keduanya, niscaya mereka menghadirinya meski dengan merangkak…(HR.Bukhari,657)
    • Rasulullah SAW bersabda,”Oorang yang di dalam dadanya tidak ada Al-Qur’an, laksana rumah yang rusak dan kosong.”(HR.At-Tirmidzi)
    • Rasululah SAW bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan amalan yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan menghilangkan dosa-dosa?” Para sahabat menjawab, “Tentu saja, ya Rasulullah.” Lalu Beliau bersabda, “(Yaitu) menyempurnakan wudhu pada keadaan tidak diisukai, banyak melangkah ke masjid, dan menunggu shalat berikutnya setelah mengerjakan shalat.” (HR.Ibnu Hibban,1036)
    • Rasulullah SAW bersabda,”Siapa yang menyempurnakan wudhunya, maka akan keluar semua dosannya…”(HR. Muslim)
    • Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang shalat isya’ berjama’ah maka seolah-olah dia telah shlat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat subuh berjama’ah maka seolah-olah dia telah sholat seluruh malamnya.” (HR. Muslim, 656)
    • Rasulullah SAW bersabda, “Shalat lima waktu itu menjadi penebus dosa yang terjadi diantaranya (waktu sholat ke sholat selanjutnya) selama meninggalkan dosa besar.” (HR. Muslim)
    • Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berwudhu dan membaguskan wudhunya lalu keluar sengaja untuk sholat maka sesungguhnya ia dalam sholat selagi ia sengaja berniat shalat. Dan dengan salah satu langkah kakinya dituliskan kebaikan baginya dan dihapuskan darinya satu keburukan dengan langkah kaki yang lain..” (HR. Bukhari, 647)
    • Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang bermalam dalam keadaan suci (terjaga wudhunya) lalu bangun di waktu malam dan memohon kebaikan kepada Allah dari urusan dunia dan akhirat, melainkan Allah pasti akan memberikannya kepadanya.” (HR. Abu Dawud, 2401)

    BANGSA INDONESIA YANG SANTUN DAN BERETIKA?


    Bangsa Indonesia di kenal sejak masih di sebut Nusantara sebagai bangsa yang beradab dan beradat ketimuran. Dikenal sebagai bangsa yang beretika tinggi, berbudaya adiluhung,sopan santun dan ramah tamah.
    Sebuah bangsa yang sangat menghargai keaneka ragaman, menghargai berbagai perbedaan yang akhirnya dirumuskan dalam bingkai "Bhinneka Tunggal Ika"

    Bangsa Indonesia dikenal pula sebagai bangsa yang agamis, di mana mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Tentu sebagai muslim terbesar di dunia.

    Namun, akhir-akhir ini, bangsa ini mengalami degradasi mental akut. Buah dari Reformasi yang digaungkan oleh Amien Rais. Reformasi kebablasan yang menyangkut mental yang ikut bablas dalam beretika.

    Euforia Reformasi, ditandai dengan banyaknya orang-orang pintar mendirikan Partai, mengimport Organisasi dari bangsa luar, sebut saja seperti Jama'ah Islamiyah, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, FPI, FUI yang mengadopsi perjuangan dari Timur Tengah yang senantiasa berkubang dalam konflik bersenjata. Lenyaplah kedamaian Indonesia.

    Teroris tumbuh subur di negeri ini, sejarah telah mencatat, banyak kasus pengeboman di negeri yang di kenal dengan sebutan negeri gemah ripa loh jinawai, toto tentrem karto raharjo.

    Kontrol Pemerintah terhadap tumbuh maraknya organisasi yang diadopsi dari Timur tengah sangat lemah, sehingga mereka tumbuh dan besar di negeri ini, dana tumbuh subur di sini. Bahkan jaringan Al Qaeda pun tumbuh subur di negeri ini, dengan dalih bahwa negara Indonesia adalah negara sekutu Amerika, Zionis Yahudi dan antek Kafir.

    Bertebaran Web-web, Situs-situs mengatasnamakan Islam, membuat provokasi mengadu domba ummat Islam di negeri ini, benih-benih permusuhan disemaikan, Organisasi Islam lokal seperti NU, Muhammadiyah selalu dibenturkan, klise memang. Khilafiyah semakin diperbesar, pembid'ahan, pengkafiran muslim semakin besar. Jika dulu para ulama menyebarkan Islam dengan mengislamkan orang-orang yang belum Islam, saat ini sudah menjadi umum mengkafirkan Muslim.

    Faham Wahabi, faham Syiah, Ahmadiyah, MTA, dan beberapa aliran sesat semakin merajalela, merekrut dan mendoktrin muslim yang tadinya adem ayem menjadi muslim yang bringasan.

    Berbagai kepentingan kelompok sampai ke urusan perpoloitikan negeri ini, membuat mental bangsa ini, mental rakyat ini  menjadi mental saling curiga dan pembenci. Antar golongan bermusuhan, bahkan perbedaan partai menjadi perbedaan yang melebihi perbedaan agama.

    Ironis, negara yang dulu dikenal santun, berbudaya, menjadi negara yang tak bermoral.

    Saling menjatuhkan dan saling menebar permusuhan, mengadu domba menjadi hal yang lazim saat ini.

    Beberapa Situs yang selalu menjadi provokasi ummat antara lain :

    VOA-ISLAM.COM



    Media ini ini tanpa malu menyerang dan menghina orang-orang yang tak sepaham

    PKSPIYUNGAN.ORG


    Mengatasnamakan Dakwah, namun berisi hujatan dan hinaan terhadap orang yang dianggap musuh

    FAN PAGE JONRU


    Fan Page yang menjadi acuan untuk menyerang , menghujat, mencaci antar pendukung Prabowo dan Jokowi, diatasnamakan dakwah oleh kader PKS Jonriah Ukur Ginting, seorang mualaf yang masuk Partai.

    HIZBUT TAHRIR INDONESIA



    Sebuah Situs yang bercita-cita mendirikan Khalifah Islamiyah, berisi hujatan kepada pemerintah, situs ini mengajarkan kadernya untuk mengkafirkan muslim lain yang tak sefaham.

    Jika anda ingin mengetahuinya, silahkan buka website tersebut. Apakah ajaran kedamaian yang diajarkan Rasulullah Nabiullah Muhammad SAW diterapkan oleh mereka?

    Salam prihatin dengan mental bangsa ini...



    Tuesday, October 28, 2014

    Degradasi Moral Membela Ashobiyah dan Kekuasaan


    Moral anak bangsa kian merosot, apa lacur.... maraknya berbagai aliran baik organisasi maupun partai membuat orang terkungkung dengan kebanggan berkelompok, merasa kelompoknya paling benar.
    Itulah yang menjadi Degradasi Moral Anak Bangsa
    Perilaku sudah menjangkit dari tingkat rakyat jelata sampai ke Pejabat negara.

    Perilaku masa bodoh, tidak sopan dan tidak ramahm seperti cerita temen saya ini :



    Heboh kasus Akil Muchtar akhir - akhir ini membuat saya sedikit berpikir kebelakang mengenai moral bangsa Indonesia. Ternyata moral kita sudah rusak, dari atasan sampai bawahan. Saya memang bukan orang yang patut dicontoh atau dijadikan teladan, namun apa yang terjadi di Indonesia membuat saya terkadang tertawa sendiri. Hari ini kisaran pukul 06.00 - 07.00 WIB di Jakarta saya menemui dua kejadian yang menggelitik. Yang pertama, saya melihat dua turis asing yang baru saja turun dari taksi di daerah matraman, mereka tampak kebingungan mencari arah. Dengan sifat orang Indonesia yang dikenal “ramah” saya menghampiri kedua orang asing tersebut dan menanyakan tujuan mereka. Salah satu diantaranya yang sibuk membuka peta Jakarta menunjuk kepada saya sebuah lokasi wisata, yaitu taman Fatahilah daerah Kota Tua di Jakarta Barat. Kemudian (lagi - lagi) dengan sifat orang Indonesia, saya kepo menanyakan mereka naik taksi dari mana dan bayar argo berapa?. Mendengar jawaban mereka, mata saya hampir saja keluar karena kaget, belum lagi jantung saya yang bisa dibilang segera copot karena tidak percaya akan apa yang didengar telinga saya. Kedua turis asing yang akhirnya saya tahu berasal dari Inggris itu membayar Rp.250.000 (Dua ratus lima puluh ribu rupiah) dengan perjalanan dari menteng ke matraman. Dua hal yang menjadi pertanyaan saya jika bertemu si supir taksi, 1. Ini Bule berdua dibawa muter kemana aja, kok bisa ampe segitu argonye?; 2. Sejak kapan Kota tua adanye di Matraman?
    Ironis memang, disaat pemerintah sedang gencar - gencarnya mempromosikan negri tercinta ini dibidang pariwisata, masih ada oknum yang memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Alhasil, berhubung saya juga tidak terlalu terburu - buru, saya pun meluangkan waktu, dan menawarkan kedua turis itu untuk saya antarkan ke tujuan mereka. Tentu saja dengan senang hati mereka setuju, (Dapet guide gratisan boo) tapi sebelum jalan ke Kota Tua, mereka menawarkan kepada saya untuk mampir sebentar di sebuah minimart daerah Matraman.
    Ketika sedang ngopi bareng dilantai dua, si bule menunjuk tiga anak berseragam batik, dan bertanya “apakah mereka pelajar?”. Saya melihat ketiga anak itu, dan sekali lagi saya merasa tertampar, melihat tiga siswa SMA yang nongkrong sambil merokok disana. Entah kebetulan atau apalah itu, yang jelas saya menjadi malu sendiri, ketika dua orang bule itu mulai menanyai tentang regulasi pendidikan di Indonesia. Dan saya hanya mampu menjawab seadanya saja.
    Dua kejadian dalam sehari, dan saya seperti orang yang dilukai kemudian diberi cuka pada luka tersebut. Perih memang, saat menyadari bahwa adanya penurunan moral pada bangsa kita. Bayangkan saja, dari pejabat hingga supir taksi, bahkan yang masih berstatus pelajar pun dengan terang - terangan melakukan korupsi di negri ini. Wajar saja bila Justin Beiber mengatakan bahwa negri kita “antah berantah” toh kita sendiri yang menunjukkan sifat itu kepada orang luar.
    Saya menjadi mempertanyakan, pernyataan Obama, Miss World, Miss Universe atau artis hollywood yang pernah mampir ke Indonesia dan berkomentar “orang Indonesia ramah”.  Mungkin pernyataan itu tidak akan keluar jika mereka datang sebagai turis biasa.

    (bersambung)